Menara Banjar Baru
Jalan-jalan

Jalan-Jalan ke Kalimantan saat Wabah Corona

Jalan-jalan ke Kalimantan Selatan saat Wabah Corona menjadi pengalaman yang mengesankan. Selain dadakan, kami juga tidak memiliki persiapan khusus kecuali sehari sebelum keberangkatan melakukan rapid test dulu ke klinik yang tarifnya paling murah. Dan pilihannya jatuh pada Kimia Farma dengan harga Rp. 150.000, –

Martapura

Saya pikir harga pesawat Surabaya – Banjarmasin mencapai jutaan, ternyata nggak sampai Rp. 400 ribu dong, pakai Lion Air. Dan tau nggak, penumpangnya penuh! Kirain musim pandemi minat orang bepergian sedikit, ternyata jauh dari prediksi. Perbedaan yang paling terasa terdapat counter tambahan di bandara khusus untuk pengecekan dokumen rapid.

Untungnya saya tidak datang mepet waktu sehingga memaklumi dan sabar menunggu tahap antrian. Menariknya, saat baris memasuki pesawat, petugas membagikan face shield gratis kepada seluruh penumpang dan wajib dipakai.

Jalan-Jalan ke Kalimantan Selatan saat Wabah Corona

Selang satu jam 10 menit, pesawat tiba di bandara Syamsudin Noor. Bandara udara baru yang luasnya Naudzubillah. Saking buesarnya, jalan dari pintu keluar sampai parkiran motor ada kali 1 kilometer! Haha..

Kecapekan di Bandara

Saya memang ambil penerbangan pagi, tiba di Banjar kurang lebih jam 8-an, yang mana di sana masih pagi (belum bisa move on dari jamnya Jawa). Seperti bandara pada umumnya, keluar pintu kedatangan kami langsung dikerubuti calo yang menawarkan jasa pengantaran. Syukurnya, saya sudah janjian akan dijemput Kakak.

Oya, setelah turun dari pesawat, penumpang diwajibkan mengunduh aplikasi e-health dan mengisi data perjalanan. Nantinya aplikasi itu di-scan oleh petugas. Tapi kalau nggak mau pakai aplikasi, penumpang bisa memilih cara manual dengan mengisi blangko yang dikirim oleh pramugari untuk diserahkan kepada petugas.

Halo Banjar!

Banjar menambah koleksi pengalaman perjalanan yang menyegarkan. Pertama kali melihat Bumi Borneo mata saya terkesima. Jalanan aspal yang lebar, lahan-lahan kosong nan luas dengan sisa-sisa kebakaran, juga cuaca 11-12 dengan Surabaya.

Butuh perjalanan setidaknya 5 kilometer dari bandara, baru kami bisa melihat hunian. Perumahan-perumahan kecil yang baru dibangun dengan ukuran tanah besar sehingga tampak rumah tetangga satu sama lain saling berjauhan. Kontras banget dengan perkampungan di Surabaya yang sangat padat bahkan tembok tetangga saja sampai tumpang tindih.

Yang paling membuat saya heran, di Banjar banyak banget lahan kosong dengan ukuran besar. Wah bisa dibayangkan tuan tanahnya sekaya apa kalau plangnya aja terbaca: Tanah Milik Haji Fulan ukuran 100 x 300 meter. Seandainya dibangun, udah pasti kayak stadion, dah!

Hampir semua rumah, warung, tempat usaha ada foto Tuan Guru Zaini

3 hari pertama di Kalimantan Selatan saya tidak ke mana-mana. Di rumah aja di daerah Perumahan Sukamaju, Banjar Baru. Daerahnya nyamaaan banget. Jalannya serba beraspal, suasananya tenang, rumah tetangga tak begitu dempet-dempetan.

Potensi Banjar Baru juga memukau, banyak areal kosong dijadikan ladang yang ditumbuhi bawang, pepaya, jeruk, dan lain sebagainya. Lebih unik lagi, banyak warga yang memancing ikan di jublang (tanah kosong basah) dengan air yang nggak penuh-penuh amat.

Saya sih pesimis bisa dapat ikan di tempat seperti itu. Tapi kenyataan mereka bisa dapat ikan Haruan, lho! Ikan Kuthuk yang jadi favorit masyarakat Banjar.

Wajib Pakai Masker!

Kepergian saya ke Banjar bulan September kemarin, angka Corona masih tinggi. Malahan beberapa hari sebelumnya, wakil Bupati Banjar meninggal akibat Covid. Untuk meminimalisir tingkat penderita, pemerintah Banjar mewajibkan semua orang untuk menggunakan masker. Kalau tidak, disuruh bayar Rp. 100 Ribu.

Efektif banget lho, entah memang benar masyarakat Banjar ini nurut atau memang takut denda, tapi di mana-mana jarang jarang orang menanggalkan masker. Pun di jalan-jalan, banyak juga petugas (Satpol PP) yang berjaga tak kenal waktu. Beneran jaga, bukan duduk-duduk di bawah pohon lalu tiba-tiba menyergap pengendara trus nilang.

Berbeda dengan Banjarmasin, saya perhatikan Banjar banyak warga interlokalnya. Rata-rata dari Jawa, Medan, malah warga aslinya tidak begitu banyak. Pun selama musim pandemic mereka santai saja. Mau keluar rumah, ya keluar aja. Jaga jarak, atur aja sendiri. Yang penting pakai masker!

Sayangnya, selama di Banjar Baru saya tidak melihat sesuatu yang khas Kalimantan banget. Dengar penjelasan warga sana sih karena Banjar kontur tanahnya daratan. Beda dengan Banjarmasin yang tanahnya berair sehingga bentuk rumahnya rata-rata panggung.

Makan Nasi Pera

3 hari di Banjar, terus terang saya tidak bisa makan enak. Buat saya nasinya terlalu kepyar (pera) sehingga tidak nyaman dikunyah. Tapi saya masih bisa makan nasi kuning khas Banjar nya, hehe..

Nasi kuning Banjar

Dan baru saya ketahui, masyarakat banjar suka tekstur nasi yang pera seperti itu. Lauk favorit mereka adalah iwak Haruan bumbu habang. Nikmaaaatt, mirip bumbu Bali tapi rasanya nggak Bali. Dan cenderung manis.
Begitupula untuk kulineran, di jalan Hercules tiap malam banyak ditemukan segala macam jajanan. Makanan Banjar – Jawa campur jadi satu. Ada Soto Banjar, Nasi Pecel, Ketoprak, Martabak, hingga bakso dan mie ayam dengan harga rata-rata normal Rp. 10 Ribuan.

Sampai sekarang kenangan Jalan-Jalan ke Kalimantan Selatan saat Wabah Corona masih lekat. Harga tiket pesawat saat ini masih kisaran 500-600 Ribuan. Beraangkat lagi apa ya .. atau jalan-jalan ke Bali yang lebih deket dari Surabaya, hehe..

17 Comments

  • Lusi

    Suamiku sekarang bolak-balik Surabaya. Awalnya naik pesawat. Sekarang milih naik kereta, soalnya pesawat sudah nggak pakai jarak & nggak dikasih faceshield. Sekarang rapid sudah turun lagi dibawah 100rb tapi masih ditambah dokter & surat sehatnya. Semoga semua yang harus bepergiaan diberi kesehatan. Yang di rumah mendoakan. 🙂

      • Heni Puspita

        Sudah mau akhir tahun dan kepikiran liburan. Tapi jujur belum berani karena masih punya anak balita. Tapi mudah2an yang memang harus berpergian karena tugas dsb selalu aman diperjalanan.

  • Elly Nurul

    MashaAllah.. refresing namun tetap patuhi protokol kesehatan ya mbakku.. seneng banget liat teman teman yang sudah traveling di masa new normal ini.. jadi terbawa suasana positifnya dan terus bersemangat jalani hari demi hari ya mbak.. semoga suatu hari nanti bisa ke kalimantan juga ya.. aamiin

  • Hidayah Sulistyowati

    Wah tetep ramai ya penumpang pesawat di masa pandemi. Nah kemarin aku denger cerita dari mbakku yang baru pulang dari Palembang. Setibanya di bandara Ahmad Yani Semarang, dia lancar aja keluar dari pemeriksaan karena udah pasang aplikasi e-health. Nah ada orang tua yang nunggu lama karena gak punya smartphone dan memilih cara manual. Kasihan katanya, jadi kelamaan proses screening nya

  • Ida Tahmidah

    Wah asyik banget nih sudah bisa jalan-jalan, asalkan mengikuti protokol kesehatan jalan jalan bisa tetap aman ya apalagi kalau ke tempat yang sepi. Aku baru sekali ke tempat sepi itu juga..Pengen juga ke Kalimantan soalnya di sana ada adik suami sdh lama ga ketemu…

    • Eni Martini

      Wah sudah ke luar kota ya mba. Aku masih kawatiran mau jalan keluar kota dan naik pesawat atau kereta. Tapi memang harus dengan protokol kesehatan ya biar aman kemana pun pergi

  • gina

    aku sudah merencanakan untuk traveling di tahun 2021 aja deh, udh tanggung jalan-jalan akhir tahun. Lama kelamaan tempat wisata udh banyak pengunjung kok,,dan udh pada traveling. Yg ptg selalu waspada, jaga kesehatan dan ikuti protokol covid19

  • FLORENSI MELLIA

    Owalah mbak Yun, dari awal kukira Banjar itu merujuk pada Banjarmasin, ternyata Banjar Baru toh. Hehe

    Ikan haruan enak nggak mbak? Aku penasaran banget gimana rasanya. Suamiku suka banget sama haruan jaman dia masih tinggal di Banjarmasin dulu.

  • Shyntako

    Di Jakarta juga kayanya harus diterapin denda biar pada tertib yaa mba pakai maskernya kaya di Banjar. Duh nasi kuningnya bikin laper. Asik yaa refreshing sejenak ke Kalimantan mba, udaranya masih sejuk yaa disana

  • Uniek Kaswarganti

    Kalau aku malah senang makan nasi pera, mba. Pera lho ya, bukan nasi nglethis alias belum matang. Nasi pera tuh cucok banget untuk dibuat nasi goreng juga besoknya hehehee…
    Duh enake reeek masih bisa pergi2 gini. Tapi rodo ribet ya mba pake cek cek Covid segala.

  • Monica Anggen

    Nama blognya lucu, bakal piknik terus ini mah si mama. Baca tulisan ini jadi kangen pulang. Aku sudah dua tahun tak pulang ke Kalsel nih, kangen, cuma pas tahun ini ada jadwal pulang, eh malah pandemi. Aku gak berani euy karena orangtua, keduanya punya penyakit penyerta. Btw, itu kalau ke Martapura, ada kelepon buntut yang enak banget loh di sana, dekat sekumpul rumah penjual kleponnya

  • Lina W. Sasmita

    Pengen banget merasakan jalan-jalan ke Kalimantan. Saya belum pernah ke Kalimantan jadi mengunjungi pulau ini adalah satu dari wish list yang masih belum tercoret.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *