Dilabrak chef artis di Benteng Fort Rotterdam
Ada banyak benteng di Indonesia. Di Surabaya sendiri saya pernah masuk ke dalam Benteng Kedung Cowek. Lokasinya di kawasan Tambak Wedi, tak jauh dari terowongan Suramadu.
Sayangnya Benteng Kedung Cowek tak dibuka untuk umum, konon area benteng masih menyimpan ranjau aktif yang ditakutkan membahayakan pengunjung.
Pada masanya benteng yang dibangun tahun 1900 ini difungsikan sebagai gudang peluru dan gudang senjata oleh Kolonial Belanda. Sebagai benteng pertahanan, lokasi benteng ini berada di bibir pantai Suramadu.
Sekarang benteng ini serupa puing-puing saja. Terlihat seram dan tertutup oleh semak-semak. Jangankan artis, masyarakat umum saja dilarang masuk ke kawasan ini.
Beda halnya dengan Benteng Fort Rotterdam yang ada di Makassar. Lokasinya sama-sama di pesisir pantai, akan tetapi benteng ini sekarang menjadi obyek wisata. Tentu saja semua orang bebas masuk ke sini. Termasuk saya dan Chef cantik beraura bintang mantan juri Master Chef Indonesia.
Benteng Fort Rotterdam menyimpan sejarah besar perjuangan bangsa Indonesia saat melawan penjajah Belanda. Pangeran Diponegoro menghabiskan sisa akhir hidupnya di penjara benteng Fort Rotterdam selama 21 tahun 6 bulan pada 1833 hingga beliau wafat pada 1855.
Melihat kekokohan benteng FortRotterdem, seorang guide menjelaskan bahwa bangunan benteng terbuat dari batuan tufa yang tahan dari serangan meriam. Itulah mengapa walaupun usianya 473 tahun (dibangun pada 1545), benteng Fort Rotterdam masih berdiri kokoh.
Usai mendengar penjelasan guide, saya melipir mengitari area benteng untuk mengamati keadaan sekitar. Melewati Museum La Galigo lalu naik ke atas ke tempat tinggi pada salah satu bagian benteng.
Siang itu cuaca kota Makassar cukup cerah bahkan cenderung gerah. Sebagai wisatawan, cuaca tak menghalangi saya untuk sibuk foto-fotoan suasana benteng.
Diantara keriuhan pengunjung, ada seorang wanita mengenakan pakaian bunga-bunga berjalan dengan alas kaki agak tinggi. Dandanannya maksimal dengan rambut dikuncir kuda.
Secuek-cueknya, mata saya nggak bisa bohong untuk tidak memperhatikan si cantik ini. Sebetulnya tidak aneh, yang membuat penglihatan saya meleng ke dia adalah cara jalannya yang kayaknya ribet banget.
Yang membuat saya semakin tertarik saat dia melewati jalan tanjakan menuju ke Bastion Bone dengan susahnya. Di sampingnya ada orang lain yang sibuk memegang payung sambil tangannya memegang si cantik yang sibuk berjalan tertatih-tatih.
Disaat pengunjung lain sibuk foto-foto dan menikmati pemandangan, si Mbak cantik ini sibuk dengan dirinya.
Lihat cara jalannya saya takut si mbak nya ngglundung kebawah. Kan gak lucu. Cakep-cakep jatuh terperosok, hehe..
Maksudnya gini, lho, tanjakan ini kan area umum. Banyak pengunjung yang lalu lalang. Kalau dia jalan di tengah pelan-pelan, saya yang dibelakangnya harus nungguin dia. Kecuali posisi dia di pinggir.
Sadar gak ada manfaatnya, ngapain juga saya ngurusin orang lain. Saya melewati si Mbak dari sisi samping. Sambil bilang permisi tentunya.
Seperti yang disampaikan oleh guide, bahwa tekstur bangunan benteng masih asli, saya berniat mengabadikan jalan tanjakan yang dipijak orang-orang yang terbuat dari batu bata. Maksud hati, sih, memfoto batu-batanya. Namanya juga wisata cagar budaya. Apapun itu, selama dianggap penting, wajib diabadikan.
Nah, untuk keperluan ini sengaja saya mengambil sudut foto yang bagian dekat terlihat fokus, sisanya dibikin blur. Walaupun hasilnya gak bagus-bagus banget, maklum pakai kamera pocket, hehe.. Maunya sih dapat fotonya yang clear, bersih dari orang. Tapi susah’ee.. ada ajaa orang yang lewat.
Satu kesempatan suasana lengang. Saat mau ambil ancang-ancang memfokuskan objek, eh, ada orang lewat.
Nggak bisa dapat foto clear, biarlah bocor sama orang jalan. Tapi tetap, fokusnya ke batu-batu. Hasil yang saya harapkan lantai batunya fokus, backgroundnya blur. Walaupun blur nya nggak blur banget sebab keterbatasan lensa.
Usai ambil foto, saya berdiri. Udah capek jongkok. Mana cuaca panas pula. Tau-tau di hadapan saya sudah ada cewek cantik pemakai gaun tadi sedang berdiri pas di depan saya
“Mbak, tadi foto saya, ya? Jangan foto saya dong!”
Saya ndlongop.
“Foto?”
Perasaan saya gak foto dia, deh..
Kalaupun ada dia, saya gak berniat ambil fotonya dia. Kenal aja kagak..
Saya bingung. Sedangkan disekitar saya nggak ada orang lain lagi.
Saya diam, si mbak sewot tadi berlalu sambil marah-marah.
Sepeninggal Mbak cantik, saya kembali gabung ke teman-teman. Eksplor benteng Fort Rotterdam sudah selesai. Tapi tetep, dalam hati saya masih ngganjel perasaan gak enak. Gimana ya rasanya, bukan baper, tapi ekspresi mbak cantik yang marah-marah tadi membuat saya ilfil.
Ditengah teman-teman saya mendengar pembicaraan bahwa ada chef artis sedang melakukan syuting di sekitar benteng.
Mendengar kata’syuting’ saya semangat dong. Siapa tau bisa lihat sesi syuting trus selfie sama artisnya, hehe..
“Itu chef Ma***** lagi dandan!” teman saya ngasih tau sambil tangannya menunjuk seorang cewek yang tadi melabrak saya.
Seketika saya nyletuk, “O, itu Chef Ma*****. Pangling. Tadi dia habis melabrak saya, lho, di atas sana!”
Sekonyong-konyong tanpa aba-aba, semua mata melihat kearah saya sambil mendelik, “Iya, tah? Kamu dilabrak kenapa?”
Saya ceritakan semua kejadiannya dan mereka tertawa kepuasan. Tinggal saya yang sewot, “Jadi artis kok GR-an!”
Andai tau sejak tadi Mbak nya itu artis, pasti saya sudah ngejar-ngejar minta selfie bareng, lha wong gak tau… haha..
Akhirnya siang itu kami sepakat meninggalkan benteng Fort Rotterdam. Semua bahagia, hanya saya yang memendam cerita
sendiri. Mayaan, dapat bahan update blog, haha..
Ada yang bisa nebak artis chef cantik yang saya ceritakan?😂😂
5 Comments
Wulan Dalu
Artis chef sopo se? Sampek tak zoom ga paham iku sopo hahaha
Wiwid
Sopo iku, mbak? Tak pendeliki tetep ae aku gak kenal….
Swastikha
Hahaha. Tulisan mba yuni selalu membuat saya tersenyum saat membaca. Membayangkan chef itu marah-marah
Fanny F Nila
Taahuuuu hahahahah :p. Ga nyangka dia galak juga :p. Di tv kliatan ramah. Lagiaaan maksa bgt pake sepatu ga nyaman gt di tempat begitu hihihihi…
Dyah Prameswarie
Aku tahu, aku tahu. Yang orange gundhek itu toh? Tapi putih dan cantik sih, hahaha