Malang Strudle, oleh-oleh kekinian dari Malang
Malang Strudle, oleh-oleh kekinian dari Malang. Kalau nggak baca baliho gede di pertigaan Karanglo Malang, saya gak tau kalau sekarang ada oleh-oleh baru khas kota Malang bernama Strudle. Baliho berjudul Strudle Fun Walk itu langsung membuat saya berpikir, Strudle? apa, sih, itu?
“Kamu belum tau strudle, ya? Nanti kita lewat mampir, ya” kata Mas Rinaldy.
Wah, makin menjadilah penasaran saya. Jadi strudle itu sejenis makanan atau tempat wisata?
Begitu motor kami melewati jalan raya Ardimulyo, sekitar daerah Singosari, di sebelah kiri jalan terdapat bangunan besar berwarna hijau dengan lahan parkir yang luas. Dinding luarnya terdapat tulisan Malang Strudle.
Strudle nama makanan?
“Biar tau, kita masuk aja, yuk. Nanti dilihat sendiri apa itu strudle”
Kalau melihat bentuk bangunan, awalnya saya ngira museum. Tapi, museum mana yang jam 7 pagi sudah buka? Keyakinan saya mengarah ke makanan soalnya di bagian depan bangunan ini terdapat ilustrasi buah apel dan tulisan Malang Strudle.
Baca ini jika ingin melihat Malang prasejarah 1.500.000 tahun lalu
Rupanya, Malang Strudle merupakan toko yang berjualan oleh-oleh khas kota Malang dengan produk utamanya Strudle. Yang dipajang macam-macam, dari kripik tempe, almond crispy, sambel botolan, hingga kue basah. Di bagian lain terdapat distro yang memajang kaos oblong khas Malang Strudle.
Apa yang dimaksud Malang Strudle?
Malang Strudle sejenis makanan yang dibuat dari balutan puff pastry yang berbentuk kotak dan didalamnya berisi macam-macam rasa. Ada yang kombinasi 2 rasa, seperti Pisang Coklat dan Apel Kismis. Ada juga yang 1 rasa, strawberry, keju, nanas, jeruk, mangga dan kurma yang khusus diproduksi pada bulan Ramadhan. Ada juga mixfruit yang terdiri beberapa macam buah.
Menurut catatan yang tertulis di dinding toko, Strudel adalah kue berlapis dari bahan pastry yang berisi buah-buahan. Kue ini pernah populer di jaman Hasburg Empire pada tahun 1278 di Austria lalu meluas ke Eropa.
Namun penjelasan ini saya tolak mentah, masalahnya, kue ini bukan asli Malang, tapi mengapa disebut oleh-oleh khas kota Malang? Mungkin saja trik marketing Malang Strudle supaya kue ini bisa diterima masyarakat Malang. Bisa jadi, menurut sejarah, konon di Eropa, strudel yang paling difavoritkan adalah Strudel dengan isian aple, yang populer disebut Apfel Strudle.
Jika dikaitkan dengan aple, tentu saja saya menghubungkan kembali dengan kota Malang yang semua orang tau Malang surganya buah Apel. Gak masalah juga sih, setidaknya apel Malang laku dikonsumsi dan petani apel bisa bahagia. Kenyatannya Strudel rasanya enak!
Strudle berbentuk panjang di kemas ke dalam wadah kotak dari kertas. Ukuran dusnya lebar. Ekspetasi saya, kue ini lebih panjang dan lebar dari ukuran brownis Amanda. Begitu saya buka, ternyata space di dus banyak nganggurnya, hihi… kuenya terbujur dibagian tengah diapit oleh lipatan kertas. Kemasan strudle dilengkapi pisau plastik untuk memotong. Kuenya dibungkus dengan plastik wrap supaya bentuknya rapi dan tahan lama. Maklum, kue model pastry memang gampang amburadul kalau dibiarkan terbuka.
Strudel Choco Banana
Saat itu saya membeli Strudel rasa Choco Banana. Membayangkan pisang berpadu dengan coklat, hmm.. kayaknya enak banget. Bakal terasa legitnya.
Benar saja, pada potongan pertama, coklatnya lari kemana-mana. Lelehannya melumerkan hati saya yang memang suka banget sama coklat. Pisangnya juga manis. Menurut saya, akan lebih padat lagi jika pisangnya dipilih yang tidak terlalu mateng sehingga coklatnya bisa berpadu sempurna dengan pisangnya. Karena pisangnya kematengan, tekstur coklatnya cair, makannya jadi belepotan. Saran saya, untuk menyiasati makan strudel anti belepotan, setelah tiba di rumah, segera masukkan strudel ke dalam lemari es supaya coklatnya padat. Jika coklat padat, mengirisnya mudah, makan pun jadi nikmat.
Oya, pisang yang digunakan untuk strudle menggunakan pisang candi. Saat mengolahnya, sepertinya daging pisang itu hanya dipotong saja sehingga saat makan beberapa kali gigi saya terantuk dengan biji pisang. Kaget juga, kirain batu. ternyata biji pisang 😛
Malang strudle dipatok harga 45K. Standartlah untuk ukuranharga oleh-oleh.
Karyawan yang bertugas memakai kostum ala pejuang
Oya, Malang Strudle pemiliknya adalah Teuku Wisnu. Lagi-lagi saya bertanya-tanya, emangnya Teuku Wisnu orang Malang, kok buka toko oleh-oleh di Malang? Kenapa nggak KD aja atau Yuni Shara yang buka usaha di Malang. Cocoklah, keduanya kan memang asli Malang. Hingga tulisan ini diurunkan, saya belum mendapatkan jawabannya. Investigasi saya cetek, apa harus gitu saya pantengin infotainment? Umm, mending piknik aja deh, daripada nonton gosip hehe… kalaupun usaha ini punya Teuku Wisnu, ya gak papa, itu hak dia, dia yang punya duit, haha.. pesan saya cuma satu, pliis cukur jenggotnya, ups! 😀 😀
One Comment
Reni Dwi Astuti
Beberapa kali lewat sini tapi belum pernah mampir. Kelihatannya kok enak-enak yaa…