Cerita Piknik

Hobi Foto di tempat Sepi

Saya paling suka melihat tempat yang luas, kosong, dan lengang. Lapangan bola tanpa pemain, taman bunga tanpa pengunjung, rerumputan hijau yang lagi sepi orang, dan jalan raya tanpa kendaraan. Rasanya bebas banget! Bawaannya pengeeen gegulingan disana, bisa dlosoran sambil leyeh-leyeh.

Di Perempatan Siola
Di Perempatan Siola

Demi bisa foto dengan suasana yang lengang itu, kadang saya sampai rela nunggu lama untuk mendapat momen sendirian. Ada rasa terpuaskan bisa foto di tempat umum dengan pose yang bebas. Bagai pejabat tinggi yang kebal larangan, serasa jadi manusia paling eksklusif sedunia!

Di frontage A. Yani depan Royal Plasa. ini sih gampang, masih dalam perbaikan. Sekarang, jalan ini udah maceeet ...
Di frontage A. Yani depan Royal Plasa. ini sih gampang, masih dalam perbaikan. Sekarang, jalan ini udah maceeet …

Saat ke Tugu Pahlawan pun gitu. Melihat rumput yang mengitari tugu, seketika saya ndlosor minta difotoin. Gak peduli rumputnya jelek dan kotor saya tetap ambil posisi wenak. Saya juga cuek dilihatin orang-orang. Yakin, deh, bentar lagi mereka juga ngikutin tingkah saya.

Foto kiriman Yuniari Nukti (@yuniarinukti) pada


Puas dengan foto ini, belakang bersih gak ada orang πŸ˜€

Lalu, tiba-tiba ada yang candid, haha …

Begitu juga saat di jalan Legian ke arah pantai Kuta. Yang sering ke Bali pasti tau gimana kondisi lalu lintas dijalan ini, macetnya paraaah. Tapi saya dapat momen sepi. Pagi-pagi jam 6 lewat sini, saya dapat jalanan kosong melompong. Disitulah saya bebas foto. Sayangnya gak ada yang bisa dimintai tolong, ya udahlah, selfie aja. Tapi ya gitu, selalu waspada dengan lihat belakang karena begitu ada mobil lewat, kencangnya gak kira-kira! Banyakan Mobil Hiace, tuh!

2016-09-23_11-14-47
Di tengah jalan Legian yang lengang!

Momen yang paling saya ingat sampai sekarang adalah, saat diawal-awal berlakunya Car Free Day di jalan raya Darmo Surabaya. Kalau tidak salah kisaran tahun 2011. Jalan Darmo yang tiap hari selalu ramai dan macet itu, tiba-tiba ditutup untuk kendaraan umum dan digantikan untuk area jalan kaki masyarakat Surabaya. Siapa yang tidak bangga, baru kali ini hak pejalan kaki dihormati meskipun hanya selama 3-4 jam per Minggu. Awal-awal dulu, Car Free Day Surabaya selesai jam 10, akhir-akhir ini kayaknya hanya sampai jam 9 aja. Gak tentu juga, tergantung Pak Polisi yang jaga.

Ini juga gak tau, kok posisi saya pas disitu haha
Ini juga gak tau, kok posisi saya pas disitu haha

Sebagai warga yang antusias menyambut Car Free Day, saya memanfaatkannya dengan baik, salah satunya bermain lomba Gobak Sodor antar komunitas. Agar seru, kami memanfaatkan sepotong jalan raya untuk area bermain gobak sodor. Saking serunya main, tak terasa udah hampir jam 10. Bahkan sampai ada petugas Polantas yang ngusir kami. Ngusir cara halus tentunya, wong kami masih sempat ngajak beliau foto bareng di tengah jalan.

Setelah ringkes-ringkes, satu demi satu member komunitas itu bubar. Suasana Car Free Day pelan-pelan ditinggalkan pengunjung. Saat itulah adrenalin saya berontak. Melihat sepanjang jalan raya Darmo sepi, saya langsung ancang-ancang ambil posisi untuk berfoto. Jarang-jarang, lo, bisa foto di tengah jalan.

Sebelum foto, saya diam dulu nunggu pengunjung benar-benar pergi. Gak puas kalau masih kelihatan orang jalan. Karena dari jauh kendaraan udah menampakkan diri, saya lantas buru-buru dlosoran di aspal jalan. Seruuu, karena kejar-kejaran sama kendaraan haha..

yuni
Lupa file aslinya dimana

Paling tidak bisa melihat rumput nganggur!
Paling tidak bisa melihat rumput nganggur!

Agar bisa mendapat foto yang cakep, saya sampai pernah, lo, nyuruh pengunjung lain minggir. Saat itu saya lagi asik fefotoan di belakang Gedung PTPN XI. Ada sebuah lorong yang bagus banget. Lorong panjang dengan aksen paduan bangunan Eropa dan Istana. Saya sedang foto-fotoan sama teman. Teman saya sukses dapat gambar, begitu mau giliran saya, ada sepasang pengunjung tanpa permisi lewat. Mereka berjalan membelakangi saya menuju ke arah yang berlawannan.

Duh, bakal lama nungguin mereka sampai tiba di ujung. Mana jalannya pelan banget.

Sebenarnya saya sadar diri kalau spot itu diincar orang. Saya juga gak terlalu lama kok foto-foto disana. Rupanya dua pengunjung ini, entah gak sabaran, entah memang cuek, lewat begitu aja. Tiap saya mau gaya, eh, dibelakang kliatan mereka. Bocor, deh..

Karena saya maunya clear, dengan sabar saya tungguin mereka sampai hilang dari pandangan. Saat mau jepret, pengunjung ini nampak lagi. Begitu terus berkali-kali. Akhirnya, demi kebaikan β€˜umat’ saya teriakin aja, β€œMas.. Mas.. minggir dikit, Mas, saya mau foto!”

Jebret, selesai!
Tuh, kan saya gak lama.

Ini hasilnya!
2016-09-23_11-17-05

Tapi gak semua foto saya mau sendirian. Ada beberapa lokasi yang justru saya ingin diambil dalam kondisi rame. Lihat situasi dan kondisi, lah. Seperti misalnya lagi nonton konser, saya maunya foto ditengah-tengah mereka. Pokoknya gimana caranya saya dapat foto bersama banyak penonton, maksudnya supaya koleksi foto saya bervariasi, salah satunya foto yang bisa bercerita. Kawan jurnalis senior saya bilang, untuk mendapatkan foto bercerita, kamu harus menampakkan aktifitas disekitarmu. Dan ternyata, untuk mendapatkan foto seperti ini susah juga, loh!

Setidaknya tidak ada rambu-rambu larangan duduk di atas Jembatan Merah haha
Setidaknya tidak ada rambu-rambu larangan duduk di atas Jembatan Merah haha

Selalu ada cerita dibalik foto sendirian. Terutama foto di tempat umum. Meski saya suka menantang adrenalin, saya akan berpikir dua kali ambil posisi dengan background tebing. Bukan karena takut jatuh, tapi saya lebih menghormati rambu-rambu ketimbang nekat foto, runyam urusannya kalau ada yang bully. Mending saya naik ke pohon yang tinggi sekalipun, yang bebas tanda larangan, daripada dimarah banyak orang.


Pose dengan background Bonek yang sedang konvoi di jalan Yos Sudarso Surabaya

9 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *