Merangsang Oksigen Awet Muda di Pulau Gili Iyang
Namanya Pulau Gili Iyang. Entah mana yang bener tulisannya: Gili Iyang atau Giliyang. Tampaknya belum ada persamaan persepsi penulisan yang bener, Giliyang atau Gili Iyang. Bacanya juga gitu. Mau baca cepet ya, Giliyang. Ingin terdengar keren, ya baca: Gili Iyang. Sak karepmu.. yang penting ada Gili dan ada Yang nya! weiks! ๐
Pulau Gili Iyang merupakan salah satu pulau diantara gugusan pulau di Kabupaten Sumenep – Kepulaun Madura. Menurut kabar yang beredar, Pulau Gili Iyang memiliki kandungan oksigen tertinggi no 2 di dunia. Seperti apa nikmatnya merangsang oksigen di Pulau Gili Iyang? Oke, Tarik nafaaass… lepaskan. Tariik.. lepaskaaan… sekarang rasakan sendiri rangsangannya!! Nikmat? Lanjutkan!! Hihi..

Matahari masih seukuran separuh tombak ketika saya dan teman-teman Plat-M sarapan pagi di pelabuhan Dungkek, ujung daratan pulau Madura tempat kami akan melepas landasan menuju Pulau Gili Iyang.
Tak seperti pelabuhan besar ibukota, Pelabuhan Dungkek lebih tepat dikatakan seperti perkampungan nelayan dengan perahu-perahu motor ditambatkan di bibir pantai. Meski kecil namun pelabuhan ini menjadi lalu lintas utama penghubung pulau Madura dan Pulau Gili Iyang. Jangan bayangkan betapa rumitnya masyarakat pulau Gili Iyang saat akan mengurus surat-surat kependudukan di Kabupaten Sumenep. Hanya untuk ngurus perpanjangan KTP saja, mereka kudu naik perahu motor selama 25 menit! Mual – mual deh..
Tiba di Pulau Gili Iyang, perahu motor yang saya tumpangi tidak begitu saja merapat di pasir pantai. Walaupun kapal sudah berhenti, dan Pak โnahkodaโ menyuruh kami turun tapi saya ogah turun. Lah??
Masalahnya untuk turun ke laut saya harus narik celana sampai jauh diatas dengkul. Aurat, aduh auraaat.. Dan saya paling malas pakai celana basah. Minta kapal dimajuin juga susah karena banyak karang-karag kecil dibawah sana. *Mama – mama cerewet*
โPak gimana caranya supaya saya bisa turun tapi celana saya gak basah?โ
Wooiii katanya petualang, kena air laut gitu aja gak mauu….!
Yaaaa, namanya juga petualang centiil.. huahaha..
Demi membawa petualang kecentilan ini ke daratan, saya diberi opsi naik perahu dengan didorong beberapa nelayan menuju tepian. Cuma diminta bayar cejing, doaang!! Duuh, saya merasa terharu dengan kebaikan mereka. Uang seribu telah membereskan kebingungan saya dari celana basah..
Disaat Pak nelayan basah-basahan, saya duduk ria diatas perahu kayu bersama teman – teman yang juga sama-sama gak mau basah-basahan hihi..
Di atas perahu itu saya melihat air laut pantai Gili Iyang begitu jernih, sampai terumbu karangnya terlihat dari permukaan air. Awalnya saya mengira air laut itu rasanya tawar. Biasanya kalau air bersih rasanya tawar. Menurutku, lho, ya. Tapi begitu saya jilat, mmm.. sama aja rasanya. Asiiiin.. wkwk..
Tapi asinnya air laut sini beda sama yang di Pantai Kenjeran. Lebih asin di Kenjeran, deh. Mungkin air di Kenjeran warnanya lebih buteek pekat ketimbang di Gili Iyang, makanya lebih asin. *Penelitian memabukkan* ๐
Ketika di daratan pulau Gili Iyang kami masih harus menunggu kendaraan yang akan membawa kami eksplor mengelilingi 1 pulau. Sambil nunggu saya berdiri di pinggir pantai sambil foto-foto. Ada juga sih yang duduk di tepi kuburan. Biasanya gitu, angin di kuburan lebih nyamaaaan. Enak, adem. Pohon di kuburan lebat dan anginnya silir-silir.
Walaupun di pinggir pantai, kuburan ini terlihat rindang
Eh, kalau saya perhatikan, ya, di pulau Gili Iyang ini banyak sekali makam. Entah makam keluarga, entah makam umum. Pokoknya makam. Rata-rata bentuk batu kijingnya sederhana. Melihat begitu banyak makam saya jadi teringat dengan makam yang ada di Toraja. Tentu saja kebudayaannya sangat sangat jauh berbedaa.. di pulau ini, kan, mayoritas penduduknya muslim.
Trus apa bukti pulau Gili Iyang memiliki kadar oksigen tertinggi?
Buktinya sudah jelas, muka saya jadi terlihat awet muda!!
Iyain aja napa, siih!! Haha..
Muka saya emang awet muda, semua ngakui itu *kedip-kedip*, tapi yang lebih menakjubkan adalah rasa sejuk udara pulau Gili Iyang berbeda sekali dengan yang saya rasakan di Surabaya. Jelaaas dooong di Pulau Gili Iyang gak ada mobil lewat. Bis apalagi. Saat hidung kembang kempis, udara yang masuk ke terasa bening. Tanpa tercium polusi, bersih tanpa kontaminasi.
Wajarnya ketika di berada di pinggir pantai udara terasa panas. Anginnya juga terasa gerah. Namun yang saya dapat saat di pulau ini adalah kesejukan udara yang nikmat rasanya. Cuacanya memang terik, tapi udara yang masuk ke hidung rasanya suejuk! Seperti iklan AC, Suueejuuuk!! Beda banget dengan udara di kota.
Konon, setelah diteliti, kadar oksigen di pulau ini mencapai 21% menurut penelitian LAPAN. Itulah kenapa masyarakat pulau Gili Iyang badannya sehat – sehat. Walau usia sudah renta, tapi semangat bekerjanya tinggi sekali. Beberapa kali saya bertemu dengan nenek-nenek dan mereka antusias menyambut dan menyapa.
Salah satu sudut jalan desa di Pulau Gili Iyang
Satu Pulau Gili Iyang terdapat 2 desa, yaitu Desa Banraas dan Desa Bancamara. Kedua desa ini memiliki tempat kadar oksigen tertinggi kedua di dunia. Sayangnya saat di sana, saya tak menemukan semacam batu tulis atau prasasti yang menjelaskan bahwa tempat tersebut memiliki ikon menonjol. Ya sudahlah, cukup saja bisa menikmati oksigen โterenakโ di dunia. Besok-besok kalau kesana lagi bawa karung yang besar buat bawa pulang oksigen banyak-banyak. #lho! ๐
6 Comments
yayats38
Keren nih jalan2nya … suatu saat harus berkunjung kemari ๐
Foto-fotonya juga keren ..
Blog barunya keren juga
Top.
Sukses selalu ๐
Dito
wiihh…bloge anyar.
@kakdidik13
NgeTrip ke Pulau Gili Iyang bareng Plat-M tak kan terlupa ๐ hehehe
Pingback:
Nining
Aku ajakiiiin po’o ben awet muda pisaaaan huhuhu
Pingback: