Cerita Piknik

Pesona Masjid Sultan di Kampong Glam dan sosok Mas Arab

Hari kemarin saya nonton Avengers Infinity War bersama teman-teman, salah satunya Umik. Iya, Umik lagi. Umik yang woles, yang jarang ngomong, sekalinya bersuara bikin gigi gemerutuk nahan tawa.

Sepanjang film dia duduk di sebelah saya. Diam, sibuk sama popcornnya. Yah, seperti yang kita tau (yang udah nonton, ya) sejak awal hingga selesai, aura film ini diset tegang berkepanjangan. Baru kerasa santai pas ada kereta lewat lalu anak-anak Thanos terpaku pada sosok hitam di sebrang sana.

Oyee, siapa lagi kalau bukan Sang Kapten!

Uwooo, wajah matang dengan rambut klimis disisir jatuh kebelakang. Gagah, berwibawa, matanya tegas, brewok lebat, jauh dari kesan kejam. Kapten Steve yang dimainkan oleh Chris Evans ini seakan mengingatkan saya pada sosok Mas Arab ketika kami sedang asyik foto-foto di depan Masjid Sultan Singapura.

Lepaskan Kapten Steve, mari kita bergeser ke Arab..

Pesona Arab selalu memukau. Bangunan arab, kampung arab, jajanan arab, wanita arab, dan juga lelaki arab hehe..
Jika boleh terpesona dengan wanita Arab, gapapa dong ya kalau sekalian memesonakan lelaki arab! Haha..

Jangan salah sangka dulu, pesona lelaki arab di sini maksudnya bisa jadi kagum sama brewoknya. Terpana sama hidungnya. Atau malah tersihir keindahan matanya. Semua lelaki di bumi memang ganteng, namun ada beberapa lelaki yang memiliki wajah memesona. Seperti yang terlihat pada sosok Mas Arab. Sebut saja begitu, biar cepet.

Suatu siang yang biasa-biasa saja di Kampong Glam, saya dan Umik berkunjung ke Masjid Sultan.

Wah, bener-bener, deh, pesona Masjid ini. Arsitekturnya juara! Siapa saja yang melihatnya gak akan bisa lepas mengaguminya.

Saya ceritakan dulu ya tentang Masjid Sultan di Kampong Glam…

Masjid Sultan di Kampong Glam terletak di kawasan Arab Singapura. Tepatnya di daerah Bugis. Masjid ini dari North Bridge Road udah kelihatan mencolok. Kubah masjid warna emas berdiri gagah diantara lalu lalang pejalan dan kendaraan. Menara-menaranya seakan memanggil siapapun masuk ke dalamnya.

Masjid Sultan adalah masjid pertama yang dibangun di Singapura. Warna bangunanya krem kombinasi emas. Setelah melalui 2 kali renovasi, total usia masjid ini sekarang 194 tahun!

Masuk ke dalam area Masjid, jendela-jendela mungil berpintu dua di lantai atas terkesan misterius. Walaupun tak bisa dielakkan, masjid ini cukup mewah. Di segala sudut mana saja tidak ada yang tidak enak dipandang. Termasuk ruang untuk wudhu.

Ruang sholat wanita berada dilantai atas. Untuk menuju ke sana cukup tekan tombol lift tanpa susah payah naik tangga.
Interior masjidnya luas banget. Menurut informasi selebaran, masjid ini bisa menampung 5000 jamaah.

Masuk ke dalam masjid, keindahannya tak kalah dengan bangunan luar. Cat berwarna hijau kalem melapisi bagian menonjol
di bagian atap. Sisanya dibiarkan berwarna putih.

Suasana kuning menghidupkan area sholat jamaah laki-laki. Penerangan chandliers mempertahaankan suasana tenang namun syahdu.

Nun jauh di sana, terdapat mihrab berwarna hijau keemasan yang dijaga oleh jam duduk bagian kanan dan kiri.
Selepas ibadah di masjid, saatnya bergabung bersama wisatawan. Foto-fotoan kita..

Di luar pagar masjid, sewajarnya pengunjung, kami antusias mencari angle yang pas buat ninggalin jejak digital di kamera. Namanya juga spot wisata, sudah pasti ada banyak macam orang. Walaupun untuk mendapatkan suasana clear teramat susah saking ramenya pengunjung.

Gang khas perkampungan Arab ini sering jadi sasaran bule yang lewat. Bule dari mana aja. Bule barat, bule timur. Hanya bule dari galaksi Asgard yang gak ada.

Yang jelas siang itu saya dan Umik, tanpa janjian, mata kami sama-sama sibuk terpaku pada sosok Mas Arab yang tinggi berhidung mancung, brewokan, dengan rambut klimis hitam. Lebay-lebaynya kami, katakanlah tampangnya mirip dengan Kapten Steve Rogers, deh!

Kapten Steve versi Arab tertangkap kamera disebelah kanan

Tiap bergerak, Mas Arab ini memunculkan pesona. Lebih banyak diam menikmati suasana Kampong Glam ketimbang sibuk foto-fotoan kayak kami. Auranya kalem, meneduhkan, juga segar.

Sewajarnya orang wisata, akrabnya nenteng kamera sambil berjalan ke sana ke mari mencari spot yang bagus untuk difoto. Namun tidak berlaku buat Mas Arab. Dia tampak woles aja jalan sambil lihat-lihat. Kedua tangannya sibuk bersembunyi di dalam saku celananya.

Wah, traveler sejati diantara generasi milenial, nih.

Sejak dari jauh mata saya sudah memperhatikan Mas Arab. Gak ada perasaan apa-apa, sih, cuma lihat doang. Auranya Mas Arab ini gak bisa dipandang hanya sekedar sedetik dua detik. Mintanya sampai ke menit!

Merasa udah terlalu lama memandang Mas Arab, saya mengalihkan perhatian ke Umik yang sejak tadi sibuk shooting dengan kamera barunya.

Begitu mata saya ke arah Umik, saya perhatikan pandangannya sedang mengarah ke Mas Arab. Whelaaah, ternyata kita sehati. Kirain lagi ngapain dari tadi, ternyata sedang melongo juga.

Saya pikir Umik gak tertarik dengan hal beginian. Tapi ternyata secara diam-diam dia menaruh perhatian juga ke Mas Arab. Seperti saya, hehe..

Rupanya kebahagiaannya sesaat diganggu dengan kehadiran seseorang.

Kala sibuk menikmati keindahan makhluk ciptaan Tuhan, sekonyong-konyong ada wanita berwajah arab menghampirinya sambil menyorongkan kamera. Sebut saja Mbak Arab.

Dari sikapnya, mbak arab ini mau minta tolong Umik untuk fotoin dia. Kok ya pas milihnya ke Umik. Padahal banyak orang nganggur di sana yang bisa dimanfaatkan jadi sasaran Pertolongan Pertama saat butuh tongkat selfie. Minta tolong ke saya juga gapapa banget, soalnya posisi saya lebih dekat dari posisi berdirinya Mbak Arab.

Rejekinya Umik dapat kerjaan amal jariyah.

Dari jauh saya melihat keduanya sedang berbicara. Meski berhadap-hadapan, saya bisa menilai kayaknya Umik belum sepenuhnya bangun dari lamunannya. Memang benar dia berhadapan sama cewek, tapi pemandangannya belum lepas mengamati Mas Arab.

Saya bisa merasakan penderitaan Umik. Betapa mengganggunya si cewek ini. Orang lagi asyik-asyiknya terlena, eh, malah diganggu

Meski kamera Mbak Arab sudah berpindah ke tangan Umik, saya bisa membaca guratan ekspresi Umik yang seakan belum ikhlas melepas pandang dari Mas Arab. Saya bisa bantu apa? Cuma diam sambil nahan tawa.

Saat Umik mundur siap ancang-ancang pengambilan gambar, cewek arab juga mundur menuju posisi yang dianggap pas untuk berfoto.

Mulailah si cewek bergaya.

Tapi sebelum jepretan dimulai, Mbak Arab ini buru-buru manggil Mas Arab untuk diajak foto bersama.

Saya terhenyak. Gak tau gimana perasaannya Umik. Mas Anang dan Mas Dhani sih oke-oke aja.

Mulailah jepretan pertama. Mbak Arab menggandeng Mas Arab.

Lho.. lho.. lho.., mayak’e…

Saya abaikan mereka, dan berpaling pandang ke arah Umik yang sibuk memfoto mereka berdua. Kayaknya sih jepretan yang pertama kurang memuaskan.

Terusno, mbakyu.. terusno…!

Pengambilan gambar sempat diulang 2 atau 3 kali hingga kemudian si Mbak Arab mengucapkan terima kasih kepada Umik dan berlalu dari hadapannya.

Mas Arab yang woles dan Mbak Arab yang sibuk selfie

Sepeninggal pasangan arab, cepat-cepat saya mendekati Umik. Sambil berkata, “Mik, sabar, ya. Tabahkanlah hatimu.. ternyata mereka suami istri!”

HAHAHAHAHAHA…

Dan kemarin, sebuyarnya film Thanos, saya bilang lagi ke Umik. “Mik, Mik, wajahnya Kapten, lo, mirip sama Mas-Mas Arab yang di Masjid Sultan, ya”

WAKAKAKAKAKAKA…

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *